Kenapa aku dilahirkan di Dunia?
Pertanyaan ini sempat kutanyakan ditengah kekosongan.
Dan jawabannya ternyata simple dan mudah aku dapatkan dari film keluarga berjudul "Hugo".
"Aku telah membayangkan seluruh dunia ini adalah 'mesin raksasa'.
Kamu tentu tahu, tidak ada mesin yang memiliki onderdil berlebih. Mesin selalu dibuat dengan onderdil yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Maka dari itu aku beranggapan bahwa dunia adalah 'Mesin Raksasa'.
Dan aku tidak mungkin sebagai 'onderdil' berlebih. Aku berada di sini pasti karena suatu alasan. Dan berarti kamu juga berada di dunia ini karena suatu alasan." - Hugo
Kalau aku ini adalah onderdil dalam suatu mesin raksasa, tentu keberadaanku ada maknanya bukan? Ya, sekecil apapun itu, aku ini bermakna bagi dunia!
Aku, kamu dan kalian semua! kita tidak berada di dunia ini untuk kepentingan kita sendiri saja.
Kita memiliki tugas-tugas penting untuk kelangsungan dunia. Tidakkah kesadaran ini menjadikan kita ingin berkontribusi lebih pada dunia?
Ingatlah bahwa menjadi penting itu baik, tetapi menjadi baik itu lebih penting dari sekedar menjadi orang penting.
Esensi hidup ini adalah Human Being, menjadi diri sendiri, apa adanya, menjalani pertumbuhan, perkembangan, dan perjalanan menuju Tuhan.
Semua yang dikatakan orang mengenai kita itu tidak penting. Hal yang paling penting adalah apa yang dikatakan Tuhan dan apa yang kita katakan mengenai diri kita sendiri.
Hidup itu seperti mendaki puncak gunung, puncak adalah tujuan pasti dari sebuah perjalanan. Jika belum bisa menjejak, itu akan dianggap sebagai hutang yang harus dilunasi entah kapan waktunya. Dan Goal Goal ini juga akan berlaku dalam kehidupan sehari-hari kita, ada puncak-puncak kehidupan yang harus kita gapai.
Dan untuk mencapai puncak pun memerlukan proses yang panjang dan kerja keras. Tidak bisa ujug-ujug nangkring di atas puncak dan menikmati sunrise yang aduhai itu. Di dalam kehidupan sehari hari kita menyebutnya sebagai proses. Maka, nikmatilah proses tersebut dan kau akan mudah sampai pada sebuah pencapaianmu itu.
Ingatlah kadang Tuhan tidak memberi apa yang kita harapkan, tetapi memberi apa yang kita perlukan sebab jauh di atas segalanya Tuhan sedang merencanakan yang terindah buat kita. Insya Allah.
Apapun masalahnya cobalah untuk tetap tersenyum. Karena hanya senyumlah yang dibutuhkan untuk mengubah hari gelap menjadi terang. Hanya senyum yang bisa membuat hati yang sempit menjadi lapang.
Ketika tawakal, ikhlas, sabar, qanaah telah sampai pada puncaknya, apakah seorang hamba masih membutuhkan makhluk untuk memenuhi kebutuhannya? Padahal seekor burungpun telah dijamin rejekinya oleh Rabbul Alamin.
Lalu mengapa engkau bersedih dengan ketetapan rabbmu yang menjadikan engkau tidak sesempurna harapanmu. Ketahuilah, engkau sempurna sebagai manusia dalam fikiranmu, maka engkau akan sempurna dalam pandangan tuhan.
Lalu apalagi yang engkau keluhkan tentang dunia, ketika jaminan rabbmu telah pasti ketika kamu mengikhlaskan semuanya. sehingga kloplah ayat pembuka kunci-kunci rezki dan ilmu. Arrahman.. Fabiayyi ala'i robbikuma Tukazziban. “Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang harus aku dustakan?"
Sebab jauh di atas segalanya, Tuhan sedang merencanakan yang terindah. Tuhan selalu menunjukkan kehadirannya dalam peristiwa-peristiwa yang biasa, dengan cara-cara yang biasa, dan melalui orang-orang yang biasa pula.
Bersabarlah tapi jangan mengurut dada. Semua ada alurnya, semoga indah pada waktunya. Aamiin.
Renungan diri atas berkurangnya umur hari ini.
Yogyakarta, 28 Februari 2015